Sabtu, 06 Februari 2010

"titik jenuh"

sebenarnya hidup ini indah bila kita mampu memaknainya dengan cerdas, namun sayang mengapa harus ada kebosanan dan kejenuhan dalam hidup?
rasa bosan dan rasa jenuh akan muncul secara tiba-tiba, sehingga tanpa kita sadari kadang kita merasa hidup ini membosankan, hidup ini menjenuhkan!!!

bosan atau jenuh???

disini akan sedikit dibedakan antara rasa bosan dengan kejenuhan. Rasa bosan lebih bersifat temporal, dan muatannya tidak selalu negatif, bahkan seringkali menjadi bumbu dalam kehidupan.
Saat bosan minum air putih, orang bisa beralih menikmati secangkir kopi. Di waktu lain, ia bisa bersantai dengan minuman dingin. Namun semua itu tak sampai menyebabkan seseorang harus bermusuhan dengan air putih, kopi atau juice dingin. Rasa bosan itu sangat efektif menciptakan variasi keindahan.
Berbeda dengan kejenuhan yang sifatnya lebih permanen dan bermuatan ion-ion negatif terhadap unsur-unsur kebahagiaan manusia. Bahkan,bisa ditegaskan bahwa kejenuhan adalah bagian dari reaksi penyakit kejiawaan yang termasuk golongan neurosis, dimana seseorang menjadi amat dikendalikan oleh emosinya, lalu merasa jenuh dengan rutinitas hariannya, bahkan terhadap orang-orang dekat yang selama ini sangat akrab dengannya.

Bila demikian, bagaimana kejenuhan terhadap berbagai aktivitas hariannya sebagai suami istri? Bila seorang suami merasa jenuh dengan rutinitas pekerjaannya yang serba menyita waktu, dan bagaimana bila seorang istri merasa jenuh dengan aktivitas kesehariannya sebagai istri yang seolah-olah diposisikan sebagai goal keeper, sebagai pengaruh atau Baby sitter, pembersih rumah atau cleaning service, dan masih pula harus mengurusi masak-masak layaknya cheff atau koki?

Sesungguhnya, rasa bosan di belakang kemudi tak harus –bahkan tidak diperbolehkan- mendorong supir untuk berbalik menjadi penumpang, atau sebaliknya, mendorong penumpuang secara nekat menjadi sopir. Ada banyak cara sehat yang dibenarkan dalam syariat, untuk setidaknya mengubah kejenuhan itu menjadi sekedar ‘rasa bosan’ yang normal dan bermanfaat. Diantara cara itu adalah sebagai berikut:

Mencari hiburan yang sehat => Canda dan gurauan dalam kehidupan rumah tangga bukan saja berfungsi sebagai bumbu, tak jarang ia juga bisa mengurangi kepenatan, mengurangi stress dan kebosanan, serta mencairkan suasana, membina keharmonisan, dan menciptakan suasan yang lebih romantis.

Refresh keakraban => Keakraban dan kedekatan dengan istri atau keluarga, terkadang perlu di-instal ulang. Tumpukan aktivitas kadang memaksa seseorang menjauh dari keluarga, dan disitulah bermula segala wujud kejenuhan.
Dekat atau tidaknya seorang suami dengan keluarganya, sebenarnya bisa terlihat amat dengan aksi kesehariannya, dan responnnya terhadap berbagai hal yang terjadi.

Dari ulasan di atas dapat dipahami bahwa sekedar rasa bosan adalah karakter normal dari manusia. Tapi bagaimana bila rasa bosan itu tertuju pada pasangan hidup kita?
Seorang suami merasa bosan terhadap istrinya, atau sebaliknya, istri terhadap suaminya?

Banyak realitas membuktikan, suami istri yang sudah bercerai dengan cara yang paling menyakitkan sekalipun, masih dibalut kerinduan terhadap mantan pasangannya. Maka, antara suami istri yang hidup secara wajar berdampingan, kejenuhan seperti itu adalah hal yang mustahil. Yang mungkin adalah munculnya kebosanan terhadap salah satu bentuk perilaku, perlakuan, sikap atau hal-hal lain yang ada pada pasangan.
Bila hal-hal itu berupa watak dan karakter jelas masing-masing harus belajar memakluminya sebagai kekurangan manusiawi. Dan bila kebosanan itu muncul akibat tekanan rutinitas, dua cara di atas dapat dilakukan sebagai solusinya. Namun, bila kebosanan itu mucul akibat hal-hal yang seyogyanya dapat diubah atau divariasikan, hendaknya masing-masing pasutri bersikap kreatif melakukan perubahan-perubahan dan modifikasi yang sehat. Selama itu adalah untuk menyinambungkan keharmonisan hidup berumah tangga, tak ada kata jeda untuk terus bermodifikasi. Asalkan itu diperbolehkan dalam syariat.

“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar